SPONSOR

Menghadapi Anak yang Pemarah

Sangat jarang kita temukan anak yang tidak marah. kalau pun ada, jangan senang dulu, bisa saja hal itu menandakan perkembangan anak yang lamban saat ia melewati tahun pertama dan akan menghambat proses untuk bisa jalan. Pada fase ini kemampuan berpikir dan bicara mengalami perkembangan secara bertahap. Demikian juga dengan keinginan dan kecenderungan pribadi anak.
Bila ia mengalami hambatan dalam proses perkembangannya, ia akan merasakan hal itu dan muncullah perasaan marah. Banyak faktor yang bisa memicu kemarahan anak, misalnya dikritik, dicela, diarahkan pada sesuatu yang benar, dibanding-bandingkan dengan anak lain, diberi tugas melebihi kemampuannya, diganggu keasyikan bermainnya, dan sebagainya.
Pelampiasan marah anak pada tahun-tahun pertama adalah dengan melakukan sesuatu yang tidak karuan pada seseorang, karena ia belum bisa melawan atau memukul. Ia hanya berteriak, menangis, berguling-guling ditanah, melompat-lompat, atau menendang.
Setelah berumur 4 tahun, mulai berkurang cara pelampiasan di atas. Berganti dengan menggunakan ucapan atau kata-kata yang didengarnya, bahkan kadang sampai mencaci atau mengancam. Tingkat emosi anak berbeda, sebagaimana kadar kepuasan anak setelah marah pun tidak sama.
Bagaimana menghadapi amarah anak? Perhatikan hal-hal berikut :
  • ketika anak marah, kita jangan terpancing ikut marah. Kita harus cari tahu penyebab kemarahannya dan segera mengatasinya.
  • jika anak mengekspresikan kemarahan dengan menangis atau menjerit tanpa disertai dengan memecahkan sesuatu atau menyakiti dirinya, maka biarkan ia menangis hingga terpuaskan kemarahannya. Setelah itu kita tanyakan penyebab kemarahannya sambil kita jelaskan bahwa dengan menangis, ia tidak akan memperoleh manfaat dari tangisannya itu untuk memenuhi keinginannya. Ajarkan anak untuk mengungkapkan keinginan dengan verbal.
  • Jangan berdebat dengan anak yang sedang marah dan menjelaskan sesuatu (memberi nasihat) kepadanya. Saat ia marah, sebaiknya kita diam. Setelah marah, barulah kita bicara dengannya.
  • Jangan melarang anak menangis atau menentang dalam suatu masalah. Biarkan ia melampiaskan amarahnya, karena hai itu akan meredakan amarah itu sendiri. Sikap orang tua yang melarang atau pun menentang anak ketika marah justru akan mengeruhkan hubungan baik yang selama ini terjalin di antara mereka. Terlebih jika orang tua melarangnya dengan memberi ancaman atau memukul.
Secara bertahap, kita ajari anak bagaimana melampiaskan amarah dengan baik sebelum permasalahannya menjadi parah. Jangan pernah bosan mendorong anak untuk mau bercerita, curhat tentang apapun yang sedang ia rasakan. Tumbuhkan perasaan pada anak bahwa kita peduli padanya, siap membantu dan membimbingnya. Wallahu a'lam bish showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar