SPONSOR

Jangan Takut Bergabung Dengan Hizbut Tahrir

HTI Press. Jangan takut bergabung dengan Hizbut Tahrir. Tidak perlu memandang golongan, yang penting bersatu di bawah kalimat la ilaha illallah wa muhammadur rasulullah. Ucap Ibu Su’ud Fathimah, dari YPI. At-Takwa Kecamatan Kalisat, Jember saat menanggapi beredarnya opini negatif terhadap Hizbut Tahrir dan perjuangannya pada hari Ahad (13/12). Ungkapan tersebut merupakan bentuk dukungan dari salah satu peserta dalam acara Tabligh Akbar Tarhib Muharram Ulama Perempuan yang diselengarakan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Jember .
Jember dikenal sebagai kota seribu pesantren. Maka dukungan terhadap Syari’ah dan Khilafah pun datang dari kalangan pesantren. Nyai Munawwaroh, pemangku pesantren Nurul Ulum Jember, diagendakan menyampaikan orasi pertama pada tabligh akbar yang bertema “Rapatkan Barisan, Kokohkan Ukhuwah, Songsong Khilafah”. Namun, pada waktu pelaksanaan, beliau berhalangan hadir karena sakit. Meski demikian, beliau mewakilkan pembacaan orasinya tentang derita yang dialami kaum muslimin pasca runtuhnya Daulah Khilafah kepada Ustadzah Zahida.

Orasi kedua disampaikan oleh Ustadzah Azizah, Pembina pengajian Galista Asmara, yang menegaskan bahwa Khilafah adalah solusi problematika ummat saat ini. Koordinator Lajnah Tsaqofiyah MHTI DPD II Jember , Ustadzah Amrina Rosyada, S.Psi, kemudian menutup sesi orasi dengan mengingatkan kembali akan janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah akan tegaknya kembali Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.

Semangat menegakkan Khilafah sangat terasa pada sesi sharing dan komitmen. “Kami sangat mendukung ide yang dilontarkan Hizbut Tahrir dalam tabligh ini, dan kami siap bersinergi dengan HTI untuk mewujudkan kembali Khilafah,” ucap Ibu Masruroh, perwakilan muslimah Hidayatullah Jember, dengan berapi-api. Sontak, pernyataan tersebut mengundang pekikan takbir dari sekitar dua ratus muballighoh dan pemangku pesantren yang memenuhi aula atas gedung Graha Bina Insani.

Dukungan pun datang dari Ibu Abdul Mu’ith, muballighoh dari desa Jelbuk. Beliau menyampaikan bahwa meskipun tinggal di desa, tapi beliau dan masyarakat di sana sangat mendukung upaya Hizbut Tahrir untuk menerapkan syari’ah dan menegakkan Khilafah. Bahkan dengan tulus beliau bertaya, “Sebagai orang desa, apa yang bisa kami lakukan untuk mendukung dan member bantuan dalam penegakan Khilafah?” subhanallah… Allahu Akbar!

Tabligh akbar yang dimeriahkan dengan aksi teatrikal ini juga telah membawa guru-guru TPA yang pada awalnya memandang negatif Hizbut Tahrir berubah memberikan dukungannya untuk Hizbut Tahrir. Ini seperti yang dialami seorang guru ngaji yang juga mahasiswa STAIN Jember. “Semoga Khilafah berdiri tidak lama lagi. Untuk Muslimah Hizbut Tahrir, saya usul mengadakan tabligh semacam ini rutin tiga atau enam bulan sekali,” harapnya.

Ahad siang itu, Aula atas Graha Bina Insani yang panas, dipenuhi kerinduan terhadap Khilafah sekaligus luapan semangat untuk berjuang menegakkannya. Namun sayang, waktu yang terbatas, membuat tidak semua muballighoh yang hadir bisa menyampaikan secara terbuka dukungannya. Tabligh pun ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Nyai kharismatik Jember, Nyai Munifah Mursyid.[]


Amrina Rasyada, S.Psi, Ketua LTs

B. Masruroh (Muslimah Hidayatullah)


B. Su'ud - YPI At-Takwa


Nauroh Alifah, Ketua DPD II MHTI Jember


Ustadzah Azizah, Pembina GALISTA ASMARA

Ustdzh Zahida

2 komentar:

  1. maaf sebelumnya Bu, bukannya takut untuk bergabung dengan hizbut tahrir tetapi saat saya masih berada di Tangerang tiap jumatan saya baca selebaran yang ada di masjid yang berasal dari hizbut tahrir dan isinya selalu memojokkan dan menjelekkan pemerintah, tidak pernah positive thinking terhadap pemerintah yang ada hanyalah suudzon dan sok merasa paling benar. Masya Allah padahal kita sebagai manusia biasa masih banyak kekurangan, ada kotoran di jidat kita sendiri saja kita tidak akan tahu kalau tidak dibantu dengan cermin. Jadi nggak pada salah kalau mereka yang takut pada takut. Islam yang normal aja ah, yang sesuai tuntunan AlQuran dan Sunah

    BalasHapus
  2. hmmm...menurut Anda, ISlam yang normal seperti apa? Apakah yang diserukan HT (menerapkan hukum Quran dan Sunnah di bawah naungan Khilafah sebagai institusi resmi) itu salah?? Anda sering membaca buletin Al Islam yang setiap Jumat diterbitkan oleh HT? Jangan suudzon dulu dengan HT...lebih baik jika dibaca dahulu dengan pikiran yang tenang. Di situ akan dibahas bahkan dibuka dengan gamblang bagaimana kebijakan pemerintah justru menyengsarakan rakyat. Bagaimana??? Mohon dibaca dulu buletin Al Islam dengan jeli..

    BalasHapus